Abstract
oleh
: Lutfiana Maulidia Khusnia
Email
: Lutfiana mk. 03 @ gmaiil.com
083831520260
The
term autism is no stranger to the masses. symptoms of autism have been
experienced since childhood. various efforts have been made. but the handling
of each child with autism is different, many of the children with autism have
allergic disorders, indigestion, susceptibility to the body susceptible.
various physical or body disorders can affect brain function. to deal with the
symptoms of autism is a problem of the body's metabolism in the child itself
through a biomedical therapy. for the people in need to understand well about
autism and able to handle the healing process activities. children with autism
are often made a burden in the family because the autistic children need
special attention which can be draining. the presence of children with autism
is often no one to support the cause without we realize the arrival of the
autistic child can teach us about more respect for life, more patient, and much
grateful. Being a parent of a child with autism is not easy, but many autistic
children also help you to be a tough parent. many of the parents do not
recognize the symptoms of autism in children from the beginning so when in the
parents checked shocked like not believe. actually not difficult in menagani
autistic children enough to routinely perform therapy in time the symptoms will
disappear by itself. so every parent should be well aware of the symptoms of
autism and how to apply biomedical therapy.
Keywords: Parent role, biomedical therapy, for children with autism.
ABSTRAK
Istilah autis sudah tidak asing lagi di kalangan
masyararakat. gejala autisme di alami sejak masa kanak- kanak. berbagai usaha
sudah dilakukan. namun penanganan yang dilakukan setiap anak autis itu berbeda,
banyak di antara anak autis mempunyai ganguan alergi, gangguan pencernaan, daya
tahan tubuh yang rentan. berbagai gangguan fisik atau tubuh dapat mempengaruhi
fungsi otak. untuk menangani gejala autis adalah masalah metabolism tubuh pada
anak itu sendiri yaitu melalui sebuah terapi biomedis. untuk para orang di
haruskan agar memahami betul tentang autisme dan mampu dalam menangani kegiatan
proses penyembuhan. anak autis sering di buat beban dalam lingkup keluarga
karena anak autis membutuhkan perhatian khusus yang dimana dapat menguras
tenaga. kehadiran anak autis seringkali tidak ada yang mendukung sebab tanpa
kita sadari datangnya anak autis itu dapat mengajarkan kita tentang lebih
menghargai hidup, lebih sabar, dan banyak bersyukur. menjadi orang tua dari
anak autis memang tidak mudah, tetapi anak autis juga banyakmembantu anda untuk
menjadi orang tua yang tangguh. banyak dari orang tua tidak mengenal gejala
autis pada anak sejak awal jadi saat di periksakan orang tua terkejut seperti
tidak percaya. sebenarnya tidak sulit dalam menagani anak autis cukup dengan
rutin melakukan terapi dalam seiring waktu gejala tersebut akan hilang dengan
sendirinya. jadi setiap orang tua harus faham betul tentang gejala autis dan
cara menerapkan terapi Biomedis.
Kata Kunci : Peran orang tua,
terapi biomedis, untuk anak autis.
PENDAHULUAN
Autisme pertama kali
dipublikasikan oleh Dr. Leo Kanner, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa
dari Harvard tahun 1943. Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti
sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan “gejala hidup dalam
dunianya sendiri”. Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada
anak yang ditandai dengan adanya gangguan dalam bidang kognitif, bahasa,
perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autisme berarti gangguan
perkembangan kompleks dimana gejalanya akan mulai terlihat sebelum usia 3
tahun. Autisme akan mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi verbal dan non
verbal, serta gangguan perilaku pada anak. Anak dengan autisme memiliki masalah
dalam mempergunakan bahasa, membentuk hubungan, dan salah menginterpretasikan
keadaan lingkungan sekitarnya.
Autisme
bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindrome atau
kumpulan gejala dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan
berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autis seperti hidup
dalam dunianya sendiri. Pada anak autis terjadi kelainan emosi, intelektual,
dan kemauan (Yatim, 2003).
Menurut American
Pshychiatric Association, autisme dikenal sebagai Pervasive
Development Disorders. Angka kejadian autisme semakin meningkat setiap
tahunnya. Dilansir dari Autism Research Institute di San
Diego, pada tahun 1987 jumlah anak autis 1:5000 anak, sedangkan tahun 2005
meningkat tajam menjadi 1:160 anak. Di Amerika Serikat, kelainan autisme empat
kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan
lebih banyak diderita anak-anak keturunan Eropa Amerika dibandingkan yang
lainnya. Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak menyandang
autisme. Angka tersebut diasumsikan dengan prevalensi autisme pada anak yang
ada di Hongkong, yaitu 1,68 per 1000 untuk anak di bawah 15 tahun. Jadi, pemerintah
menghitung dengan asumsi prevalensi autisme yang ada di Hongkong, di mana
jumlah anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai 66.000.805 menurut data Badan
Penelitian Statistik (BPS) 2010.
Data UNESCO pada tahun
2011 mencatat, sekitar 35 juta orang di dunia menyandang autis. Itu berarti
rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autisme. Begitu juga dengan
penelitian Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat
pada tahun 2008, menyatakan bahwa perbandingan autisme pada anak usia 8 tahun
yang terdiagnosa dengan autisme adalah 1:80.
Beberapa
ahli mengatakan bahwa penyebab penyakit autis adalah faktor genetik. Jika suatu
keluarga memiliki anak autisme, maka kemungkinan memiliki anak dengan autisme
lagi adalah 3-8%. Sedangkan jika salah satu anak kembar menderita
autisme, kemungkinan kembarannya juga menderita autisme sebesar 30%.
Abnormalitas kromosom DNA dan masalah pada susunan saraf ditemukan pada
sebagian besar anak autisme.
Penyebab
autisme cukup sulit untuk dijelaskan karena otak manusia sangat rumit. Otak
berisi lebih dari 100 miliar sel saraf yang disebut neuron. Setiap neuron dapat
memiliki ratusan atau ribuan sambungan yang membawa pesan ke sel saraf lain di
otak dan tubuh. Dengan adanya sambungan-sambungan dan zat kimia pembawa pesan
(neurotransmitter) yang dapat menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan,
bergerak, mengingat dan bekerja sama seperti seharusnya. Karena pada
beberapa alasan, beberapa sel dan sambungan di otak anak dengan autisme,
terutama pada wilayah yang mengatur komunikasi, emosi dan indrawi tidak
berkembang dengan baik atau bahkan rusak.
Dolphin
Assisted Therapy (DAT) adalah terapi lumba-lumba yaitu suatu terapi
yang menggunakan bantuan hewan dan dilaporkan memberikan efek perbaikan terhadap
pikiran dan fungsi tubuh, serta kualitas hidup. Terapi ini bukan untuk
menyembuhkan penyakit atau bukanlah salah satu cara untuk memberikan suatu
keajaiban, tetapi dapat menjadi alternatif cara atau variasi yang bisa
diperkenalkan kepada anak penyandang autis. Terapi anak autis dengan
lumba-lumba terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan terapi
lainnnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh
pada perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan lumba-lumba adalah
gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba. Gelombang sonar ini
mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) pada
otak manusia. Pada anak autis gelombang SMR-nya mengalami gangguan, maka hal
ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba.
Dolphin
Assisted Therapy (DAT) dimulai oleh antropolog Dr. Betsy Smith di awal
tahun 70’an setelah melihat efek terapis lumba-lumba pada saudaranya yang
mengalami ganguan saraf. Selanjutnya terapi ini dikembangkan oleh Dr. Nathanson
di The Dolphin Human Therapy Center di Florida, Amerika.
Penyandang autis
memiliki perkembangan yang lambat baik dari segi motorik maupun kognitif. Hal
ini dikarenakan otak penyandang autisme kurang atau bahkan tidak menghasilkan
gelombang SMR (Sensori Motori Rhytm). Seperti telah disebut di atas, pola
gelombang yang dipancarkan lumba-lumba ternyata memiliki kesamaan dengan
gelombang SMR pada otak manusia.
Di
tubuh lumba-lumba terkandung potensi yang bisa menyelaraskan saraf motorik san
sensorik penderita autis. Oleh sebab itu, gelombang sonar lumba-lumba dijadikan
stimulus untuk otak penyandang autisme agar dapat menghasilkan gelombang SMR
seperti orang tanpa autisme pada umumnya.
Berdasarkan latar belakang
di atas, peneliti tertarik untuk menjelaskan pentingnya Dolphin Assited Therapy
(DAT) dalam mentimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis.
PEMBAHASAN
Dengan ultrasonar yang dimiliki, lumba-lumba
dapat mengetahui jika adanya gangguan kesehatan pada manusia yang berada dekat
dan juga berkomunikasi dengan mereka. Saat berinteraksi dengan manusia di dalam
air, lumba-lumba bisa mengirimkan daya akustik sampai 1 kilowatt yang mampu
menembus tembok setebal 30 cm. Maka daya ini pun dapat menembus tengkorak
kepala dari manusia tersebut.
(seorang ilmuan dalam Dalam
memberikan terapi harus sesuai dengan kebutuhan anak dan diusahakan anak
memberikan reaksi yang baik terhadap stimulasi walaupun bukan reaksi yang
dituntut, melainkan dibimbing sesuai kebutuhan, kemampuan dan tingkat
perkembangan anak. Sedikit demi sedikit anak diberi aktivitas yang lebih dapat
mengembangkan proses pengolahan informasi sensorik yang lebih baik (Bonny
Danuatmaja, 2003). Dr. Cole bidang neurology) mendapatkan bahwa ada suatu
perubahan faal bila manusia berinteraksi dengan lumba-lumba. Setelah
berinteraksi dengan lumba-lumba didapatkan bahwa anak-anak tersebut menjadi
lebih tenang. Ritme dan suara vibrasi membantu membangkitkan perubahan mood dan
berenang dengan lumba-lumba bisa menciptakan perubahan sel-sel psikologi dan
jaringan dalam tubuh. Bunyi yang dikeluarkan lumba-lumba sangat kuat sehingga
bisa menyebabkan pembentukan lubang di struktur molekul-molekul cairan dan
jaringan lunak.
Terapi anak autis dengan
lumba-lumba terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan terapi lainnnya.
Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada
perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan lumba-lumba adalah
gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba gelombang sonar ini
mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR)
pada otak manusia.
Karena pada anak autis
gelombang SMR nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan
gelombang sonar lumba-lumba.
Dari hasil penelitian
yang telah diuraikan di atas, terbukti bahwa Dolphin Assisted
Therapy (DAT) dapat menstimulasi gelombang Sensory Motory
Rhytm (SMR) anak autis. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
perkembangan terhadap semua anak autis yang mengikuti penelitian. Perkembangan
tersebut adalah perkembangan dalam bidang sensorik dan motorik. Bahkan mereka
juga mengalami peningkatan motivasi
KESIMPULAN
Penelitian
yang dilakukan tentang pentingnya Dolphin Assisted Therapy (DAT) dalam
menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis
menjelaskan bahwa terapi tersebut mempunyai manfaat terhadap perkembangan
sensorik dan motorik anak autis. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba
ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan
lumba-lumba adalah gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba.
Gelombang sonar ini mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory
Motory Rhytm (SMR) pada otak manusia. Pada anak autis
gelombang SMR-nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan
gelombang sonar lumba-lumba
Sosialisasi
mengenai pentingnya Dolphin Assisted Therapy (DAT) terhadap
anak autis dirasa cukup penting untuk dilakukan melihat angka penyandang autis
yang selalu mengalami peningkatan. Di sisi lain, istilah Dolphin
Assisted Therapy kurang begitu familiar di kehidupan
msayarakat, oleh karena itu diperlukan sebuah sosialisasi mengenai terapi
tersebut.
Daftar Pustaka
Anonim 1.2015 penyebab
autis.tersedia:http://penyebabautis.com/.diakses hari minggu, 24 Mei 2015
Anonim 2.12 April 2013
penderita autis di Indonesia terus meningkat.tersedia
:http://m.jpnn.com./news.php.id=167064.Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
Anonim 3. 2015. Autisme
Therapi – Terapi untuk menyembuhkan dan mengatasi autis anak. Thttp: //www.terapiotak.com/27,menyebuhkan-autis-dengan-terapi-
. Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
tracy L. Humphries.
2003. Effectiveness of Dophin – Asisted Tharapy as behavioral intervesion for
young children with Disablites . U.S. Departement of Education. Orelana Hawks
Pucket institute.
Upikke. 21 juni 2010.
terapi lumba-lumba untuk anak autis. tersedia:
http//upikke.staff.ipb.id/2010/06/21/
terapi-lumba-lumba-untuk-penyadang-autis/. Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
velencya.2003.Dholpin
Asissted Therapi(DAT). tersedia : http://vhalancya .
wordepress.com/tag/autism/. Diakses hari minggu, 24 Mei 2015.