Rabu, 06 Desember 2017

MENJADI ORANG TUA ISTIMEWA DALAM MENDIDIK ANAK AUTIS


Abstract
oleh : Lutfiana Maulidia Khusnia
Email : Lutfiana mk. 03 @ gmaiil.com
083831520260
The term autism is no stranger to the masses. symptoms of autism have been experienced since childhood. various efforts have been made. but the handling of each child with autism is different, many of the children with autism have allergic disorders, indigestion, susceptibility to the body susceptible. various physical or body disorders can affect brain function. to deal with the symptoms of autism is a problem of the body's metabolism in the child itself through a biomedical therapy. for the people in need to understand well about autism and able to handle the healing process activities. children with autism are often made a burden in the family because the autistic children need special attention which can be draining. the presence of children with autism is often no one to support the cause without we realize the arrival of the autistic child can teach us about more respect for life, more patient, and much grateful. Being a parent of a child with autism is not easy, but many autistic children also help you to be a tough parent. many of the parents do not recognize the symptoms of autism in children from the beginning so when in the parents checked shocked like not believe. actually not difficult in menagani autistic children enough to routinely perform therapy in time the symptoms will disappear by itself. so every parent should be well aware of the symptoms of autism and how to apply biomedical therapy.
 
Keywords: Parent role, biomedical therapy, for children with autism.

ABSTRAK
Istilah autis sudah tidak asing lagi di kalangan masyararakat. gejala autisme di alami sejak masa kanak- kanak. berbagai usaha sudah dilakukan. namun penanganan yang dilakukan setiap anak autis itu berbeda, banyak di antara anak autis mempunyai ganguan alergi, gangguan pencernaan, daya tahan tubuh yang rentan. berbagai gangguan fisik atau tubuh dapat mempengaruhi fungsi otak. untuk menangani gejala autis adalah masalah metabolism tubuh pada anak itu sendiri yaitu melalui sebuah terapi biomedis. untuk para orang di haruskan agar memahami betul tentang autisme dan mampu dalam menangani kegiatan proses penyembuhan. anak autis sering di buat beban dalam lingkup keluarga karena anak autis membutuhkan perhatian khusus yang dimana dapat menguras tenaga. kehadiran anak autis seringkali tidak ada yang mendukung sebab tanpa kita sadari datangnya anak autis itu dapat mengajarkan kita tentang lebih menghargai hidup, lebih sabar, dan banyak bersyukur. menjadi orang tua dari anak autis memang tidak mudah, tetapi anak autis juga banyakmembantu anda untuk menjadi orang tua yang tangguh. banyak dari orang tua tidak mengenal gejala autis pada anak sejak awal jadi saat di periksakan orang tua terkejut seperti tidak percaya. sebenarnya tidak sulit dalam menagani anak autis cukup dengan rutin melakukan terapi dalam seiring waktu gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya. jadi setiap orang tua harus faham betul tentang gejala autis dan cara menerapkan terapi Biomedis.
Kata Kunci : Peran orang tua, terapi biomedis, untuk anak autis.
PENDAHULUAN 
Autisme pertama kali dipublikasikan oleh Dr. Leo Kanner, seorang dokter spesialis kesehatan jiwa dari Harvard tahun 1943. Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti sendiri yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan “gejala hidup dalam dunianya sendiri”. Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Autisme berarti gangguan perkembangan kompleks dimana gejalanya akan mulai terlihat sebelum usia 3 tahun. Autisme akan mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi verbal dan non verbal, serta gangguan perilaku pada anak. Anak dengan autisme memiliki masalah dalam mempergunakan bahasa, membentuk hubungan, dan salah menginterpretasikan keadaan lingkungan sekitarnya.
            Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindrome atau kumpulan gejala dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa, dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autis seperti hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak autis terjadi kelainan emosi, intelektual, dan kemauan (Yatim, 2003).
            Menurut American Pshychiatric Association, autisme dikenal sebagai Pervasive Development Disorders. Angka kejadian autisme semakin meningkat setiap tahunnya. Dilansir dari Autism Research Institute di San Diego, pada tahun 1987 jumlah anak autis 1:5000 anak, sedangkan tahun 2005 meningkat tajam menjadi 1:160 anak. Di Amerika Serikat, kelainan autisme empat kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan lebih banyak diderita anak-anak keturunan Eropa Amerika dibandingkan yang lainnya. Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 112.000 anak menyandang autisme. Angka tersebut diasumsikan dengan prevalensi autisme pada anak yang ada di Hongkong, yaitu 1,68 per 1000 untuk anak di bawah 15 tahun. Jadi, pemerintah menghitung dengan asumsi prevalensi autisme yang ada di Hongkong, di mana jumlah anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai 66.000.805 menurut data Badan Penelitian Statistik (BPS) 2010.
Data UNESCO pada tahun 2011 mencatat, sekitar 35 juta orang di dunia menyandang autis. Itu berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia mengidap autisme. Begitu juga dengan penelitian Center for Disease Control (CDC) Amerika Serikat pada tahun 2008, menyatakan bahwa perbandingan autisme pada anak usia 8 tahun yang terdiagnosa dengan autisme adalah 1:80.
            Beberapa ahli mengatakan bahwa penyebab penyakit autis adalah faktor genetik. Jika suatu keluarga memiliki anak autisme, maka kemungkinan memiliki anak dengan autisme lagi  adalah 3-8%. Sedangkan jika salah satu anak kembar menderita autisme, kemungkinan kembarannya juga menderita autisme sebesar 30%. Abnormalitas kromosom DNA dan masalah pada susunan saraf ditemukan pada sebagian besar anak autisme.
            Penyebab autisme cukup sulit untuk dijelaskan karena otak manusia sangat rumit. Otak berisi lebih dari 100 miliar sel saraf yang disebut neuron. Setiap neuron dapat memiliki ratusan atau ribuan sambungan yang membawa pesan ke sel saraf lain di otak dan tubuh. Dengan adanya sambungan-sambungan dan zat kimia pembawa pesan (neurotransmitter) yang dapat menyebabkan manusia dapat melihat, merasakan, bergerak,  mengingat dan bekerja sama seperti seharusnya. Karena pada beberapa alasan, beberapa sel dan sambungan di otak anak dengan autisme, terutama pada wilayah yang mengatur komunikasi, emosi dan indrawi tidak berkembang dengan baik atau bahkan rusak.
            Dolphin Assisted Therapy (DAT) adalah terapi lumba-lumba yaitu suatu terapi yang menggunakan bantuan hewan dan dilaporkan memberikan efek perbaikan terhadap pikiran dan fungsi tubuh, serta kualitas hidup. Terapi ini bukan untuk menyembuhkan penyakit atau bukanlah salah satu cara untuk memberikan suatu keajaiban, tetapi dapat menjadi alternatif cara atau variasi yang bisa diperkenalkan  kepada anak penyandang autis. Terapi anak autis dengan lumba-lumba terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan terapi lainnnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan lumba-lumba adalah gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba. Gelombang sonar ini mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR)  pada otak manusia. Pada anak autis gelombang SMR-nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba.
            Dolphin Assisted Therapy (DAT) dimulai oleh antropolog Dr. Betsy Smith di awal tahun 70’an setelah melihat efek terapis lumba-lumba pada saudaranya yang mengalami ganguan saraf. Selanjutnya terapi ini dikembangkan oleh Dr. Nathanson di The Dolphin Human Therapy Center di Florida, Amerika.
Penyandang autis memiliki perkembangan yang lambat baik dari segi motorik maupun kognitif. Hal ini dikarenakan otak penyandang autisme  kurang atau bahkan tidak menghasilkan gelombang SMR (Sensori Motori Rhytm). Seperti telah disebut di atas, pola gelombang yang dipancarkan lumba-lumba ternyata memiliki kesamaan dengan gelombang SMR pada otak manusia.
            Di tubuh lumba-lumba terkandung potensi yang bisa menyelaraskan saraf motorik san sensorik penderita autis. Oleh sebab itu, gelombang sonar lumba-lumba dijadikan stimulus untuk otak penyandang autisme agar dapat menghasilkan gelombang SMR seperti orang tanpa autisme pada umumnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk menjelaskan pentingnya Dolphin Assited Therapy (DAT) dalam mentimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis.
PEMBAHASAN
 Dengan ultrasonar yang dimiliki, lumba-lumba dapat mengetahui jika adanya gangguan kesehatan pada manusia yang berada dekat dan juga berkomunikasi dengan mereka. Saat berinteraksi dengan manusia di dalam air, lumba-lumba bisa mengirimkan daya akustik sampai 1 kilowatt yang mampu menembus tembok setebal 30 cm. Maka daya ini pun dapat menembus tengkorak kepala dari manusia tersebut.
 (seorang ilmuan dalam Dalam memberikan terapi harus sesuai dengan kebutuhan anak dan diusahakan anak memberikan reaksi yang baik terhadap stimulasi walaupun bukan reaksi yang dituntut, melainkan dibimbing sesuai kebutuhan, kemampuan dan tingkat perkembangan anak. Sedikit demi sedikit anak diberi aktivitas yang lebih dapat mengembangkan proses pengolahan informasi sensorik yang lebih baik (Bonny Danuatmaja, 2003). Dr. Cole bidang neurology) mendapatkan bahwa ada suatu perubahan faal bila manusia berinteraksi dengan lumba-lumba. Setelah berinteraksi dengan lumba-lumba didapatkan bahwa anak-anak tersebut menjadi lebih tenang. Ritme dan suara vibrasi membantu membangkitkan perubahan mood dan berenang dengan lumba-lumba bisa menciptakan perubahan sel-sel psikologi dan jaringan dalam tubuh. Bunyi yang dikeluarkan lumba-lumba sangat kuat sehingga bisa menyebabkan pembentukan lubang di struktur molekul-molekul cairan dan jaringan lunak.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibandingkan terapi lainnnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan lumba-lumba adalah gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba gelombang sonar ini mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) pada otak manusia.
Karena pada anak autis gelombang SMR nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba.
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, terbukti bahwa Dolphin Assisted Therapy (DAT) dapat menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perkembangan terhadap semua anak autis yang mengikuti penelitian. Perkembangan tersebut adalah perkembangan dalam bidang sensorik dan motorik. Bahkan mereka juga mengalami peningkatan motivasi
 KESIMPULAN
Penelitian yang dilakukan tentang pentingnya Dolphin Assisted Therapy (DAT) dalam menstimulasi gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR) anak autis menjelaskan bahwa terapi tersebut mempunyai manfaat terhadap perkembangan sensorik dan motorik anak autis. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Gelombang sonar pada ikan lumba-lumba adalah gelombang yang dipancarkan dari sistem saraf lumba-lumba. Gelombang sonar ini mempunyai kesamaan dan fungsi dengan gelombang Sensory Motory Rhytm (SMR)  pada otak manusia. Pada anak autis gelombang SMR-nya mengalami gangguan, maka hal ini bisa distimulasi dengan gelombang sonar lumba-lumba
 Sosialisasi mengenai pentingnya Dolphin Assisted Therapy (DAT) terhadap anak autis dirasa cukup penting untuk dilakukan melihat angka penyandang autis yang selalu mengalami peningkatan. Di sisi lain, istilah Dolphin Assisted Therapy kurang begitu familiar di kehidupan msayarakat, oleh karena itu diperlukan sebuah sosialisasi mengenai terapi tersebut.
Daftar Pustaka
Anonim 1.2015 penyebab autis.tersedia:http://penyebabautis.com/.diakses hari minggu, 24 Mei 2015
Anonim 2.12 April 2013 penderita autis di Indonesia terus meningkat.tersedia :http://m.jpnn.com./news.php.id=167064.Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
Anonim 3. 2015. Autisme Therapi – Terapi untuk menyembuhkan dan mengatasi autis anak. Thttp: //www.terapiotak.com/27,menyebuhkan-autis-dengan-terapi- . Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.
tracy L. Humphries. 2003. Effectiveness of Dophin – Asisted Tharapy as behavioral intervesion for young children with Disablites . U.S. Departement of Education. Orelana Hawks Pucket institute.
Upikke. 21 juni 2010. terapi lumba-lumba untuk anak autis. tersedia: http//upikke.staff.ipb.id/2010/06/21/ terapi-lumba-lumba-untuk-penyadang-autis/. Diakses hari Minggu, 24 Mei 2015.

velencya.2003.Dholpin Asissted Therapi(DAT). tersedia : http://vhalancya . wordepress.com/tag/autism/. Diakses hari minggu, 24 Mei 2015.