Senin, 19 Desember 2016

MOMONG DAN NGEMONG



Momong sebuah arti kata dari bahasa jawa yang artinya merawat, seperti momong anak yang berarti mengasuh anak, dan ngemong menurut saya bersal dari kata yang paling dekat untuk para orang tua kepada anaknya yang artinya kepengasuhan. Momong adalah suatu kegiatan atau cara yang wajib di lakukan oleh setiap orang tua  untuk mengasuh dan menjaga anak dengan sepenuh hati yang bertujuan agar anak bisa lebih dekat dengan orang tuanya sendiri. Momong tidak harus dilakukan dengan cara menggendong si anak saja tetapi juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti mengawasi setiap aktifitas yang di lakukan oleh anak dengan cara itu anak akan selalu merasa aman, dengan cara ini pula dapat menjadikan anak kreatif pemberani dan tidak selalu mengandalkan orang tuanya, dan degan cara ini pula orang tua dapat mengetahui semua perkembangan yang timbul dalam diri seorang anak.  Jadi dengan cara ini sangatlah penting apabila yang melakukan adalah orang tuanya sendiri dari pada orang lain seperti baby sister. Karena seharusnya yang paling penting ketika saat anak mulai menunujukkan perkembangan pada diri anak yang seharusnya lebih dahulu tau adalah orang tuanya sendiri bukanlah orang lain. Karena apabila menyerahkan hak momong anak sepenuhnya kepada orang lain, itu perbuatan yang salah dan tidak baik untuk perkembangan anak kedepannya. Jadi sesibuk apapun orang tua dalam pekerjaannya maka sempatkanlah waktu sejenak untuk anak agar anak tidak merasa jauh dan hubungan seorang anak kepada orang tuanya akan tetap terjalin dengan baik. Jadi jangan pernah memberikan kepercayaan langsung pada orang lain, karena tidak semua orang dapat di percaya dan mengasuh anak sesuai dengan yang di harapkan oleh orang tua. Terkadang kepercayaan orang tua anak yang di berikan  kepada orang lain tidaklah seperti yang di harapkan dan disalah gunakan oleh orang lain. Menyebabkan perkembangan anak akan menjadi kurang baik, hal ini banyak terjadi di dalam kehidupan masyarakat di luar sana. Jadi untuk para orang tua sesibuk apa pun bila memilih orang lain untuk mengasuh anaknya berhati – hatilah jangan asal memilih karena demi kebaikan seorang anak. Selanjutnya “ngemong” merupakan sifat dasar seorang ibu, dalam konteks keluarga yang kemudian di perluas dalam segala skala interaksi sosial manapun seperti sifat ngemong untuk figur laki – laki atau seorang ayah dalam keluarga bahwa ia haruslah super sabar, peka, siaga, cekatan dan tegas.
SABAR dalam menghadapi semua karakter dari masing – masing keluarga dan memiliki cara pendekatan yang pas untuk masing - masing karakter.
PEKA kemampuan merasakan sesuatu dan menindak lanjuti sebelum hal buruk terjadi.
SIAGA selalu siap dalam segala hal dan sikap yang di butuhkan dalan keadaan tersebut.
CEKATAN terampil dalam segala hal pekerjaan dalam rumah tangga.
TEGAS dalam menghadapi segala masalah yang timbul dalam keluarga.
Jadi ngemong adalah sifat kedewasaan atau kematangan dan itu bukan hanya untuk soal usia saja sebab dewasa itu kesanggupan untuk ngemong yaitu menampung dan menerima apapun yang di tuang sekaligus mengelolahnya untuk menjadi lebih baik dan semakin baik.

MENGASUH



Pada awalnya menurut saya mengasuh itu sebuah proses perilaku orang dewasa atau orang dalam menghadapi anak sering kali merupakan reaksi yang muncul dari perilaku anak. Tetapi setelah saya melakukan wawancara dengan seorang ibu yaitu bernama ibu “SITI ROUDHOH” menurut beliau mengasuh adalah menjaga dan membesarkan agar anak merasa aman dan tumbuh sesuai dengan perkembangannya. Dalam hal mengasuh ada tahapan waktu antara zaman dahulu dan sekarang berbeda menurut beliau seperti mengasuh bayi pada zaman sekarang identik memanfaatkan jasa seperti baby sister karena disebabkan seorang ibu wanita karir yang sangat sibuk bekerja di kantor. Dan hal ini sebagian besar selalu terjadi pada orang kaya dan mereka cenderung lebih mempercayakan anaknya pada orang luar dari pada kepada keluarganya sendiri seperti kakek, nenek, bude, tante dan lain sebagainya. Tetapi di jaman  dahulu tidak istilah baby sister, karena perempuan pada zaman dahulu memang hanya di rumah merawat anak dan suami serta menyelesaikan pekerjaan rumah. Dan orang dulu sesibuk apa pun dan walau anaknya banyak tetap mengasuh anaknya sendiri tidak menggunakan jasa baby sister atau pun meminta tolong pada orang lain. Jadi sesibuk apapun selalu luangkan waktu untuk mendekatkan pada diri anak agar dapat mengetahui perkembangan anak dengan baik. Karena dalam budaya lokal mengasuh adalah merawat dan membesarkan. Jadi poin-poin penting dalam mengasuh yaitu merawat fisik dengan makan dan minum yang cukup dan teratur, menjaga agar tetap sehat, melindungi dari mara bahaya, membuat hati merasa aman, mengarahkan anak ke arah kebaikan. Dalam wawancara saya pada beliau, beliau memilih metode campuran. Maksud beliau metode mengasuh apapun selagi baik untuk di gunakan metode apapun bisa di gunakan. Jadi apabila ada orang lain bertanya, kita jelaskan pada mereka tentang pilihan yang baik akan banyak memberi manfaat pada diri sendiri dan orang lain. Akan tatapi dalam hal prioritas mengasuh anak ada perbedaan  seperti pada usia masih bayi kita prioritaskan pada perawatan, penjagaan, perlindungan dan keamanan, pada anak - anak kita tekankan pada pembinaan kejujuran, kasih sayang, kesatuan, akhlak mulia, berbagi dan gotong royong, dan  pada usia remaja kita tambahkan pembinaan sopan, santun, kemandirian dan keteladanan. Terkadang semakin berkembang dan bertambah umur seorang anak bila berkomunikasi dengan orang tua terkadang tidak sependapat cara para orang tua bila terjadi hal seperti itu menyikapi dengan bijaksana segala perbedaan yang ada janganlah memaksakan kehendak agar tidak mempengaruhi perkembangannya, biarlah anak menentukan pilihanya sendiri sesuai dengan keinginannya yang positif.

MENGASUH ANAK USIA SEKOLAH DASAR



Sebagai konsekuensi dari fase perkembangan, anak usia Sekolah Dasar memiliki karakteristik khusus dalam berperilaku yang direalisasikan dalam bentuk tindakan-tindakan tertentu. Ada beberapa perilaku yang sering timbul pada anak  sebagai berikut:Pembangkangan Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.  Agresi Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi (rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka egretifitas anak akan semakin meningkat. Berselisih/bertengkar  Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain, sepert diganggu pada saat mengerjakan sesuatu atau direbut mainannya. Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya. Persaingan yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap persaingan mulai terlihat pada usia 4 tahun, yaitu persaingan untuk prestice  (merasa ingin menjadi lebih dari orang lain) dan pada usia 6 tahun, semangat bersaing ini berkembang dengan baik.Kerja sama Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Anak yang berusia dua atau tiga tahun belum berkembang sikap bekerja samanya, mereka masih kuat sikap “self-centered”-nya. Mulai usia tiga tahun akhir atau empat tahun, anak sudah mulai menampakan sikap kerja samanya. Pada usia enam atau tujuh tahun sikap ini berkembang dengan baik.Tingkah laku berkuasa Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap “business”. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.Mementingkan diri sendiri Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya. Anak ingin selalu dipenuhi keinginannya dan apabila ditolak, maka dia protes dengan menangis, menjerit atau marah-marah. Simpati Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak, perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan danm diarahkan oleh keluarga. Kematangan Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk manpu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula menentukan.
Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya.
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri. Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial  anak.Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.Pada kasus tertentu seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi. Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap” dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.Selain kelima faktor yang telah disebutkan ada pula faktor lingkungan luar keluarga. Pengalaman sosial awal diluar rumah melengkapi pengalaman didalam rumah dan merupakan penentu yang penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak. faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak, yaitu faktor pengalaman awal yang diterima anak. Pengalaman social awal sangat menentukan perilaku kepribadian selanjutnya.Sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan sikap sosial anak, karena selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, Anak-anak menghabiskan waktu bertahun-tahun di sekolah sebagai anggota suatu masyarakat kecil yang harus mengerjakan sejumlah tugas dan mengikuti sejumlah aturan yang menegaskan dan membatasi perilaku, perasaan dan sikap mereka Di sekolah, guru membimbing perkembangan kemampuan sikap, dan hubungan sosial yang wajar pada peserta didiknya. Hubungan sosial yang sehat dalam sekolah dan kelas seyogyanya diprogram, dikreasikan, dan dipelihara bersama-sama dalam belajar, bermain dan berkompetisi sehat. Sekolah mengupayakan layanan bimbingan kepada peserta didik. Bimbingan selain untuk belajar adalah untuk penyesuaian diri ke dalam lingkungan atau juga penyerasian terhadap lingkungannya. Kepada siswa diajarkan tentang disiplin dan aturan melalui keteraturan atau conformity yang disiratkan dalam tiap pelajaran.Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah Laku Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain, bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau  merahasiakannya.Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang semestinya menurut alam  pikirannya.

PENGASUHAN ANAK USIA REMAJA



Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang sedemikian rupa per- kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek– aspek perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Dalam makalah ini penulis membatasi penulisan makalah pada perkembangan anak khususnya siswa fase remaja . Karena Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.
Masa remaja adalah suatu periode peralihan diri dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Masa remaja juga sebagai usia bermasalah. Akhirnya para remaja mengalami kesualitan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Kesulitan-keuslitan yang dihadapi remaja menurut Rumke bersumber dari 3 masalah, yaitu :
  1. Masalah individuasi : kesulitan daalam mewujudkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
  2. Regulasi : ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dibidang fisik dan seksualnya.
  3. Masalah Integrasi : kesulitan menyesuaikan sikap dan perilakunya dilingkungannya / mencari identitas diri.
Masa Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO)..“Remaja”. Kata itu menurut remaja sendiri adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, yang punya “dunia” tersendiri yang sukar dijamah oleh orang tua. Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang cukup luas: mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. ( Piaget ). Dengan mengatakan poin- poin sebagai berikut secara psikologis masa remaja :
  1. Usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
  2. Usia dimana anak tidak merasa dibawah tingkat orang –orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama, sekurang –kurangnya masalah hak.
  3. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyalah aspek afektif.
  4. Kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
  5. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa.
Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum. Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual yaitu pada usia 13 sampai dengan 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum.Perkembangan remaja Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
1.    Perkembangan fisik
         Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.
Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencpai ukuran matangnya pada usia 20 tahun. Lalu penis luai bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostate semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah”. Pada remaja wanita, kematangan orga-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara cepat pada masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama kalinya mengalami “menarche” (menstruaasi pertama). Menstruasi awal sering disetai dengan sakit kepala, sakit punggung dan kadang-kadang kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung. Pada remaja ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik/bulu kopak disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi prubahan suara, tumbuh kumis dan  tumbuh gondok laki / jakun. Sedangakan pada wanita ditandai dengan tumbuh rambut pubik/ bulu kapok disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada dan bertambah besarnya pinggul. Tahapan perkembangan pada masa remaja yaitu
Perkembangan intelektual, (kognitif) pada remaja bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal. Perkembangan sosial, merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan lain-lain. Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
a. Di Lingkungan Keluarga
  • Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
  • Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
  • Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
  • Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok
b. Di Lingkungan Sekolah
  • Bersikap respek dan mentaati peraturan
  • Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
  • Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
  • Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
  • Berprestasi di sekolah
c. Di Lingkungan Masyarakat
  • Respek terhadap hak-hak orang lain
  • Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
  • Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain
  • Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
2. Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18– 21 tahun). Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis ). Perubahan pada masa remaja,Ciri utama pada masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan. Perubahan-perubahan tersebut antara lain:
PerubahanFisik, Pada masa remaja terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan proses kematangan seksual. Beberapa kelenjar yang mengatur fungsi seksualitas pada masa ini telah mulai matang dan berfungsi. Disamping itu tanda-tanda seksualitas sekunder juga mulai nampak pada diri remaja.Perubahan Intelek Menurut perkembangan kognitif yang dibuat oleh Jean Piaget, seorang remaja telah beralih dari masa konkrit-operasional ke masa formal-operasional. Pada masa konkrit-operasional, seseorang mampu berpikir sistematis terhadap hal-hal atau obyek-obyek yang bersifat konkrit, sedang pada masa formal operasional ia sudah mampu berpikir se-cara sistematis terhadap hal-hal yang bersifat abstrak dan hipotetis. Pada masa remaja, seseorang juga sudahdapatberpikirsecarakritis.PerubahanEmosi Pada umumnya remaja bersifat emosional. Emosinya berubah menjadi labil. Menurut aliran tradisionil yang dipelopori oleh G. Stanley Hall, perubahan ini terutama disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada kelenjar-kelenjar hor-monal. Namun penelitian-penelitian ilmiah selanjutnya menolak pendapat ini. Sebagai contoh, Elizabeth B. Hurlock menyatakan bahwa pengaruh lingkungan sosial terhadap per-ubahan emosi pada masa remaja lebih besar artinya bila dibandingkan dengan pengaruh hormonal. Perubahan Sosial Pada masa remaja, seseorang memasuki status sosial yang baru. Ia dianggap bukan lagi anak-anak. Karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang remaja juga sering diharapkan bersikap dan bertingkahlaku seperti orang dewasa. Pada masa remaja, seseorang cenderung untuk menggabungkan diri dalam ‘kelompok teman sebaya’. Kelompok sosial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi remaja. Pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkanseringkalimelebihipengaruhkeluarga. kelompok remaja bersifat positif dalam hal memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk melatih cara mereka bersikap, bertingkahlaku dan melakukan hubungan sosial. Namun kelompok ini juga dapat bersifat negatif bila ikatan antar mereka menjadi sangat kuat sehingga kelakuan mereka menjadi “overacting’ dan energy mereka disalurkan ketujuan yang bersifat merusak. Perubahan Moral Pada masa remaja terjadi perubahan kontrol tingkah laku moral: dari luar menjadi dari dalam. Pada masa ini terjadi juga perubahan dari konsep moral khusus menjadi prinsip moral umum pada remaja. Karena itu pada masa ini seorang remaja sudah dapat diharapkan untuk mempunyai nilai-nilai moral yang dapat melandasi tingkah laku moralnya. Walaupun demikian, pada masa remaja, seseorang juga mengalami kegoyahan tingkah laku moral. Hal ini dapat dikatakan wajar, sejauh kegoyahan ini tidak terlalu menyimpang dari moraliatas yang berlaku, tidak terlalu merugikan masyarakat, serta tidak berkelanjutan setelah masa remaja berakhir. Perubahan Kepribadian Masa Remaja Kepribadian pada masa remaja cenderung untuk memeperbaikinya, remaja berpandangan bahwa kepribadian yang baik akan memudahkan mereka untuk berhubungan sosial dan bisa lebih diterima. Kondisi – kondisi yang mempengaruhi konsep diri : usia kematangan pada remaja, penampilan diri, kepatutan seks, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya, kreativitas dan cita-cita.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sueann Robinson Ambron (Budiamin dkk, 2000:132)  menyatakan bahwa  sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks.
 Dari kutipan diatas dapat dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks  perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki oleh manusia.