Minggu, 26 Februari 2017

MENGEMBANGKAN MORAL, SPRITUAL DAN KEAGAMAAN PADA PAUD

Seiring dengan perkembangan sosial, anak-anak usia pra sekolah juga mengalami perkembangan moral. Adapun yang di maksud dengan moral disini adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai apa yang seharusnya di lakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain.  Anak-anak saat di lahirkan tidak mempunyai moral, tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang sudah siap berinteraksi dengan orang lain anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang buruk, yang boleh di kerjakan dan yang boleh di kerjakan. Selain kecerdasan yang ada, kecedasan yang mencakup seluruh kecerdasan yaitu cedas spiritual. Karena anak yang sholeh , maka  dia pasti cerdas. Sementara anak yang cerdas belum tentu sholeh.
Dalam hal kesalahan ini yang perlu di lakukan oleh orang tua adalah bagaimana agar anak memiliki akhlaqul karimah, dapat di percaya, memegang teguh kebenaran dan cerdas. Keyakinan adanya sang pencipta atau Allah sangat membantunya dalam membentuk pribadi yang baik. Agama sebagian besar tidak berarti bagi anak-anak meskipun mereka menunjukkan minat ibadah agama, tetapi karena banyaknya masalah yang terjadi pada anak-anak di jelaskan dalam agama seperti kelahiran, kematian dan lain-lain, maka keingintahuan mereka tentang masalah- masalah agama menjadi besar sehingga mereka mengajukan pertanyaan. Lalu anak-anak menerima jawaban dari apa yang ia pertanyakan mereka tanpa rasa ragu, sebagaimana sering di lakukan oleh anak yang lebih besar darinya atau lebih dewasa. Keyakinan pada sang pencipta adalah hal penting yang harus di tanamkan sejak awal pada anak. Sehingga seiring perkembanganya anak akan lebih mengenal siapa itu pencipta atau Allah. Semua manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun pisikis. Walau dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat permanen. Potensi ini yang memerlukan pengembangan dan memelihara yang mantap, lebih-lebih pada anak usia dini. Sesuai dengan pertumbuhannya, seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan yang ekstra dan sesuai dengan prinsp yang di milikinya, yaitu seperti prinsip biologi yang secara fisik anak yang baru lahir dalam keadaan lemah jadi setiap gerak-gerik yang dilakukannya ia memerlukan orang dewasa di sekelilingnya atau dalam kata lain belum  dapat berdiri sendiri, prinsip tanpa daya sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya, maka anak yang baru lahir hingga dewasa perlu bantuan orang tuanya, prinsip eksplorasi kemantapan  dan kesempurnaan perkembangan potensi yang sudah ada sejak lahir, memerlukan pemeliharaan dan latihan.
Ada pun beberapa strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini yaitu strategi latihan dan pembiasaan, merupakan strategi yang baik untuk membentuk perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral, strategi aktivitas bermain yang dapat di lakukan setiap anak dapat digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak, strategi pembelajaran usaha pengembangan moral anak usia dini dapat di lakukan dengan strategi pembelajaran moral, pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-semata sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar ini di tuntukkan pada anak- anak usia dini dengan ciri utamanya senang bermain.

Menurut penilitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase. Ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkat yaitu pertama Dongeng, ini di mulai pada anak usia 3-6 tahun, dalam tahap ini pemahaman anak mengenai Allah lebih dominan oleh fantasi dan emosi; tingkatan kedua kenyataan, tingkat ini di mulai pada anak yang sudah masuk sekolah SD dalam fase ini ketuhanan anak sudah mulai terlihat pada kenyataan; tingkat terakhir individu anak, pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Adapun beberapa sebab pengenalan agama pada anak usia dini yaitu anak mulai punya minat, semua perilaku anak membentuk suatu perilaku, sebagai individu. Tujuan pendidikan dalam keluarga adalah penanaman iman dan moral terhadap diri anak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka keluarga itu sendiri di tuntut untuk memiliki pembinaan terencana terhadap anak. Di antara pola pembinaan yaitu seperti memberi sari tauladan yang baik bagi anak, menyediakan bagi anak peluang-peluang,  suasana yang praktis, memberi tanggungjawab yang sesuai kepada anak-anak dan menjaga mereka dari pergaulan teman-teman yang menyeleweng dan tempat-tempat yang dapat menimbulkan kerusakan moral. Jadi sebagai orang tua harus memantau dengan betul segala sesuatu pada diri anak terutama mengenai moral, agama dan spiritual berguna agar kelak anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai yang di harapkan oleh para orang tua. Sekian artikel saya semoga bermanfaat bagi yang membacanya.   

Minggu, 19 Februari 2017

BAGAIMANA CARA EMOSI BERKEMBANG PADA MANUSIA

       Sesungguhnya setiap manusia punya rasa emosi. Saat seseorang bangun tidur hingga tidur kembali, saat kita mengalami berbagai macam hal sehingga maka akan menimbulkan berbagai bentuk macam emosi. Saat pagi hari kita berangkat kuliah dengan suka cita, tapi saat berada di jalan kita mengalami macet sehingga jadi marah, saat kita sampai di kelas kita malu karena datang terlambat. Itulah efek yang timbul dalam diri seseorang yang terkadang timbul tanpa disadarinya. Adapun beberapa pendapat tentang emosi  yaitu menurut The American College Dictionary emosi adalah suatu keadaan efektif yang tanpa disadari dialami seseorang seperti perasaan kegembiraan, kesedihan, takut, benci, malu, bangga dan lain-lain. Dan menurut Sarlito W. Sarwono menjelaskan emosi sebagai suatu reaksi penilaian yang kompleks dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri seseorang. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah bentuk keadaan reaksi, positif dan negatif oleh perasaan seseorang terhadap stimulus yang diproleh berdasarkan hasil persepsi kognisi sebelumnya. Dalam perkembangan emosi, hubungan-hubungan saraf itu berkembang di dalam otak baru dan otak lama. Disaat kematangan itu tumbuh, respon-respon emosional  akan dapat berkembang melalui empat jalan yaitu melalui stimulus, perasaan, respons-respons internal dan pola-pola tingkah laku seseorang. Sehingga menurut Jersild perkembangan emosi selama masa kanak-kanak terjalin sangat erat dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Saat indra anak menjadi lebih tajam, maka kecakapan untuk mengenal perbedaan dan untuk melakukan pengamatan pun menjadi dewasa, dan setelah melangkah ke depan dalam segala aspek berkembangnya, jumlah peristiwa yang bisa membangkitkan emosinya pun akan makin berkembang. Dalam hal mengendalikan emosi sangatlah penting. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa emosi mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri kepada orang lain seperti pada seseorang yang kita jumpai di kampus, di rumah mereka akan lebih cepat menggapi emosi kita dari pada kata-kata yang kita ucapkan. Dengan hal itu emosi kita pun mempengaruhi emosi orang-orang disekitar kita. Adapun beberapa hal untuk mengendalikan emosi seperti menurut Mahmud, hadapilah emosi tersebut, jika mungkin tafsirkanlah emosi tersebut, kembangkanlah rasa humor dan sikap realistis, atasilah problem-problem yang menjadi sumber emosi. Pergunakanlah emosi sebaik mungkin sehingga tidak menimbulkan sesuatu hal yang buruk untuk diri kita dan orang lain, jadi pergunakanlah emosi kita dengan baik agar dapat bermanfaat untuk kita dan orang di sekitar kita. Sekian artikel saya semoga bermanfaat bagi yang membacanya. 

Minggu, 12 Februari 2017

MENGENAL DAN MEMAHAMI SOSIAL EMOSIONAL PADA PAUD

   Emosi adalah salah satu kunci perasaan dalam diri kita yang nantinya akan dapat berubah kapanpun yang awalnya senang dan menjadi tidak senang, perasaan baik bisa menjadi buruk, perasaan takut menjadi tidak takut, perasaan sedih menjadi tidak sedih, dan lain- lain sebagainya. Karena macam- macam dari perasaan tersebut itu sebuah gambaran dari emosi yang ada dalam diri setiap orang. Pendapat lain tentang emosi mengatakan emosi adalah suatu bentuk perasaan intens yang di tunjukan kepada seseorang atau pada sesuatu.

   Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi pada anak prasekolah atau sekolah RA, dapat menimbulkan ganguan yang dapat mencemaskan para pendidik dan para orang tua. Dan ada beberapa faktor-faktor tersebut yaitu meliputi pengaruh keadaan, konflik- koflik dalam proses perkembangan, sebab-sebab pada lingkungan keluarga dan masyarakat. Terkadang reaksi emosi pada anak sanggat kuat, apabila umur pada anak semakin bertambah maka akan bertambah matangnya emosi pada anak maka anak akan semakin mempunyai kadar keterlibatan emosionalnya dan emosi anak terkadang muncul pada peristiwa atau kondisi lainya. Adapun fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak adalah merupakan bentuk komunikasi sehingga emosi pada anak dapat menyatakan semua kebutuhan dan persaan yang tibul pada orang lain. Contonya seperti pada saat sedang sakit atau marah cara mereka mengespresikannya dengan melalui menangis. Emosi berperan penting pada anak karena dapat mempengaruhi kepribadian anak dan dapat menyesuaikan diri anak pada lingkungan sosialnya terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial akan dapat menentukan perlakuan pada anak dan dapat membentuk perlakuan konsep seorang anak. Seperti seorang anak mengespresikan rasa tidak nyamanya dengan cara menangis, dan orang akan menilainya sebagai anak yang “cengeng”.


   Emosi senang atau tidak senang akan berpengaruh pada interaksi sosial anak yang mempengaruhi lingkunganya. Seperti pada saat anak bermain dengan temannya dan tiba- tiba ia melemparkan mainan ke arah teman sehingga lingkungannya kurang menyukainya dan menolak dan reaksi ini akan membuat anak memperbaiki sikapnya agar di terima oleh lingkungan sekitarnya. Emosi dapat mempengaruhi psikologis lingkungan yang artinya bila ada seorang anak yang mudah marah maka dapat mempengaruhi pada saat itu misalnya pada saat bermain tiba- tiba timbul pertengkaran. Adapun beberapa tanda awal yang di timbulkan pada seorang bayi yang baru lahir yang menunjukkan ketidak senangannya dengan cara yang sangat sederhana seperti mereka mengeluarkan tangisan yang dapat memekakkan telingga, menendang tangan dan kaki, dan mengencangkan tubuh mereka. Menangis adalah cara paling ampuh dan terkadang itulah satu-satunya cara bayi untuk berkomunikasi. Seperti tangisan saat lapar yaitu tangisan beritme, terkadang juga berhubungan dengan rasa lapar. Tangisan marah yaitu memiliki variasi ritem, memaksakan banyak udara dari pita suara. Tangisan sakit yaitu tiba-tiba tanpa rintihan, terkadang menahan nafas. Tangisan frustasi yaitu dua tau tiga ritme tangisan langsung, tanpa menahan nafas panjang. Emosi dasar kepada suatu model setelah lahir menunjukkan sinyal kegembiraan, ketertarikan, dan ketertekanan. Semua ini akan merupakan respon menyebar, resapon refleksif  dan mayoritas bersifat psologis pada ransangan sensoris atau proses internalnya di enam bulan kedepanya pada bayi. Empati yaitu dapat merasakan yang di rasa pada orang lain atau kepekaan pada orang lain, hal bertujuan untuk memposisikan diri pada seseorang dan ikut merasakan apa yang orang lain rasakan. Ada pun juga tanda senyum di timbulkan pada bayi yaitu senyum reflek bukan termasuk respons terhadap stimulasi eksternal hal itu akan muncul selama satu bulan  pertama setelah kelahiran terjadi saat tidur dan mulai berkurang saat setelah tiga bulan seiring matangnya konteks. Senyum sadar terjadi sebagai respon terhadap stimulus eksternal biasanya terhadap wajah wajah yang dilihat pada bayi dan berlangsung di awal perkembangan bayi. Jadi bagi semua para pendidik dan orang tua agar memperhatikan anak dengan betul sehingga tanda- tanda yang di timbulkan dengan cara apapun oleh bayi atau anak pendidik dan orang tua akan mudah mengetahui dan perkembangan emosi pada anak akan berkembang dengan baik sesuai perkembanganya mulai awal pada anak. Sekian artikel saya semoga bermanfaat bagi yang membacanya.