Seiring dengan perkembangan sosial, anak-anak usia pra sekolah juga
mengalami perkembangan moral. Adapun yang di maksud dengan moral disini adalah
perkembangan yang berkaitan dengan aturan mengenai apa yang seharusnya di
lakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak saat di lahirkan tidak mempunyai
moral, tetapi dalam dirinya terdapat potensi moral yang sudah siap berinteraksi
dengan orang lain anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang
buruk, yang boleh di kerjakan dan yang boleh di kerjakan. Selain kecerdasan
yang ada, kecedasan yang mencakup seluruh kecerdasan yaitu cedas spiritual.
Karena anak yang sholeh , maka dia pasti
cerdas. Sementara anak yang cerdas belum tentu sholeh.
Dalam hal kesalahan ini yang perlu di lakukan oleh orang tua adalah
bagaimana agar anak memiliki akhlaqul karimah, dapat di percaya, memegang teguh
kebenaran dan cerdas. Keyakinan adanya sang pencipta atau Allah sangat
membantunya dalam membentuk pribadi yang baik. Agama sebagian besar tidak
berarti bagi anak-anak meskipun mereka menunjukkan minat ibadah agama, tetapi
karena banyaknya masalah yang terjadi pada anak-anak di jelaskan dalam agama
seperti kelahiran, kematian dan lain-lain, maka keingintahuan mereka tentang
masalah- masalah agama menjadi besar sehingga mereka mengajukan pertanyaan.
Lalu anak-anak menerima jawaban dari apa yang ia pertanyakan mereka tanpa rasa
ragu, sebagaimana sering di lakukan oleh anak yang lebih besar darinya atau
lebih dewasa. Keyakinan pada sang pencipta adalah hal penting yang harus di
tanamkan sejak awal pada anak. Sehingga seiring perkembanganya anak akan lebih
mengenal siapa itu pencipta atau Allah. Semua manusia dilahirkan dalam keadaan
lemah, baik fisik maupun pisikis. Walau dalam keadaan yang demikian, ia telah
memiliki kemampuan bawaan yang bersifat permanen. Potensi ini yang memerlukan
pengembangan dan memelihara yang mantap, lebih-lebih pada anak usia dini.
Sesuai dengan pertumbuhannya, seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan
yang ekstra dan sesuai dengan prinsp yang di milikinya, yaitu seperti prinsip
biologi yang secara fisik anak yang baru lahir dalam keadaan lemah jadi setiap
gerak-gerik yang dilakukannya ia memerlukan orang dewasa di sekelilingnya atau
dalam kata lain belum dapat berdiri
sendiri, prinsip tanpa daya sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik
dan psikisnya, maka anak yang baru lahir hingga dewasa perlu bantuan orang
tuanya, prinsip eksplorasi kemantapan
dan kesempurnaan perkembangan potensi yang sudah ada sejak lahir,
memerlukan pemeliharaan dan latihan.
Ada pun beberapa strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak
usia dini yaitu strategi latihan dan pembiasaan, merupakan strategi yang baik
untuk membentuk perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral,
strategi aktivitas bermain yang dapat di lakukan setiap anak dapat digunakan
dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak, strategi pembelajaran
usaha pengembangan moral anak usia dini dapat di lakukan dengan strategi
pembelajaran moral, pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-semata
sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar ini di
tuntukkan pada anak- anak usia dini dengan ciri utamanya senang bermain.
Menurut penilitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu
melalui beberapa fase. Ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak
itu melalui tiga tingkat yaitu pertama Dongeng, ini di mulai pada anak usia 3-6
tahun, dalam tahap ini pemahaman anak mengenai Allah lebih dominan oleh fantasi
dan emosi; tingkatan kedua kenyataan, tingkat ini di mulai pada anak yang sudah
masuk sekolah SD dalam fase ini ketuhanan anak sudah mulai terlihat pada
kenyataan; tingkat terakhir individu anak, pada tingkat ini memiliki kepekaan
emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Adapun
beberapa sebab pengenalan agama pada anak usia dini yaitu anak mulai punya
minat, semua perilaku anak membentuk suatu perilaku, sebagai individu. Tujuan
pendidikan dalam keluarga adalah penanaman iman dan moral terhadap diri anak.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka keluarga itu sendiri di tuntut untuk memiliki
pembinaan terencana terhadap anak. Di antara pola pembinaan yaitu seperti
memberi sari tauladan yang baik bagi anak, menyediakan bagi anak peluang-peluang,
suasana yang praktis, memberi tanggungjawab
yang sesuai kepada anak-anak dan menjaga mereka dari pergaulan teman-teman yang
menyeleweng dan tempat-tempat yang dapat menimbulkan kerusakan moral. Jadi
sebagai orang tua harus memantau dengan betul segala sesuatu pada diri anak
terutama mengenai moral, agama dan spiritual berguna agar kelak anak bisa
tumbuh dan berkembang sesuai yang di harapkan oleh para orang tua. Sekian
artikel saya semoga bermanfaat bagi yang membacanya.